Ini Ruang Multifungsi



            Kala itu usai hujan pukul 18.00 di hari Selasa 15 November 2016, aku berjalan mencari sebuah tempat fotocopy, menyusuri jalanan yang masih basah dan terdapat kenangan air di beberapa tempat. Dan aku melihat sebuah bangunan kecil di antara padat bangunan sepanjang jalan yang ku telusuri. Bangunan itu diapit oleh bangunan-bangunan yang memadati lingkungan sekitarnya. Mebuat bangunan itu nyaris tak sempat terlihat oleh orang yang melintas. Bangunan kecil yang hanya berukuran sekitar 4m x 3m dengan warna dinding putih dan ruangan yang berjajar dua buah komputer, satu printer laser dan satu etalase berisi alat-alat tulis yang hanya beberapa pack saja. Bangunan itu, ku sebut ruang kerja bagi si pemiliknya, biar aku lebih akrab menyebutnya. Ruang kerja itu sederhana. Ruang kerja itu tak mewah, tak megah. Hanya sebuah tempat yang menyediakan jasa printer dan foto copy serta menjual beberapa alat tulis kantor dan menyediakan isi ulang pulsa.
            Memang sederhana dan terlihat biasa, bagi orang pada umumnya. Tapi aku melihat ada yang unik. Biar aku sebut itu luar biasa. Mengapa? Karena aku melihat ruang kerja itu bukan sekedar ruang kerja bagi seorang yang menyediakan jasa printer, fotocopy dan isi ulang pulsa saja. Ruang kerja itu juga sebagai ruang pameran bagi pemiliknya. Aku mengartikan bahwa pemilik ruang kerja itu seorang yang kritis terhadap kehidupan bagi orang jalanan atau orang pinggiran. Aspirasinya ia tuangkan melalui huruf yang menyatu dalam rentetan kata penuh makna. Dicetak dengan tinta hitam diatas kertas putih. Ia berkarya.
            Ada empat karya berjudul : Histeris Kehidupan Modern, Anarki, Perempuan Pengobral Dosa dan Sang Pemilik Malam. Apa kalian peasaran bagaimana karyanya? Ah, meskipun kalian tidak penasaran, aku akan menuliskan rentetan karya pemilik ruang itu. Tapi karena satu karya tidak terdokumentasi dengan jelas di ponselku, maka aku hanya menuliskannya tiga saja.
*
Anarki
Kita ini anjing
Pemakan sampah
Pemakan daging busuk tetangga
Juga pemakan Emas serakah

Seringkali terlupa
Bahwa kita tak sendirian
Mengarungi dunia
Yang Anarki ini
*
Histeris Kehidupan Modern
Harga diri bukan lagi hal yang
Harus dipertahankan mati-matian
Hilang kesadaran
Terhipnotis lembaran bernilai
            Pergaulan bebas menjadi bingkai kehidupan Modern
Aib bukan lagi hal yang harus disembunyikan
Melainkan menjadi pameran, obrolan hangat
Di sosial-sosial media
Kehidupan ini seolah berbalik 120 derajat
Dimana dalamanmu lebih menarik
Daripada kamu
Tebalnya celana masih kalah
Dengan tebalnya dompet
            Histeris dan sangat miris
Melihat perbudakan yang jadi rebutan
Hilang harga diri
Demi gengsi kekikiran yang tak bernurani
*
Sang Pemilik Malam
Sebatang rokok, terselip di dua jari
Bibir rona dan bedak tebal
Arungi malam, penuh dosa,
pemuas birahi  si om berdompet tebal
            Dia bukan anak si bapak profesor ini.
            Bukan anak si tuan itu.
Bapaknya telah lama tiada
Ibunya memungut sampah.
Dia tak di warisi mobil mewah
Tak punya selembar ijazah
Hanya di warisi payudara besar
dan bokong semok.
            Apa boleh buat
Demi sesuap nasi
Manfaatkan potensi diri
warisan satu satunya si bapak

Karya : Faat Ahmad

Komentar